Minggu, 16 Agustus 2009

Im Proud to be Indonesian

17 agustus selalu datang tiap tahun, dan bangsa ini selalu memperingatinya sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Ada yang memperingatinya di puncak paling tinggi Mahameru, ada juga yang menyelam di dasar laut taman wisata bunaken atau bahkan ada yang hanya sekedar duduk melihat TV di rumah, baca koran, atau online buka face book, you tube, atau multiply. Semua punya rasa yang berbeda-beda namun masing-masing sadar kalau negara kita sudah bertambah lagi usianya.

aku tidak akan berkisah soal sejarah kawan, karena aku bukan ahlinya, yang aku tau bahwa dahulu bangsa ini berkorban banyak untuk merdeka dari musuh yang terlihat yaitu penjajah. Aku pun tudak akan menulis soal politik, karena politik buat aku adalah soal ilmu, ilmu untuk menjadi dan bagaimana, dan aku tidak paham akan itu. Aku juga tidak akan bertutur soal bagaimana seharusnya bernegara, karena aku sendiri tidak punya definisi yang jelas bagaimana seharusnya menjadi warga negara yang baik dan benar. Apalagi menyinggung soal terorisme yang katanya mengancam keutuhan bangsa dan negara kita, sudah terlalu banyak orang biacara itu tanpa solusi yang jelas dan masuk akal menurutku.

aku hanya ingin sekedar berkata " im proud to be Indonesian", walaupun banyak masalah di dalamnya, dan aku percaya walaupun dengan hal sederhana, kita bisa saja membut negeri ini menjadi lebih baik lagi...

Wish the best for my country.....

Minggu, 09 Agustus 2009

SUKSES Itu....." aku ingin jadi beken"

Tadi malam habis liat tatap muka di TV one yang dibawaai sama Farhan, tamunya adalah Tantowi Yahya... Salah satu presenter yang benar-benar brilian.. Gabungan antara cerdas, hangat, dan tentu saja penuh kharisma...Dari satu jam bersama tantowi ini, banyak sekali yang kita bisa pelajar. Ketika kecil, dibuku kenangan sekolahnya, ia disuruh menuliskan cita-citanya dan kalian tau apa yang ditulisnya kawan..." aku ingin jadi beken". Dan setelah bertahun-tahun berikutnya, terwuudlah harapan itu. Dia mengatakan bahwa hiduplah dengan mimpi.. karena mimpi adalah adrenalin mu.... Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, pepencapaian seorang tantowi yahya adalah perwujudan mimpi yang dilakukan dengan usaha-usaha yang sudah terncana.

ada yang sangat menarik yang dikatakan seorang tantowi yahya yaitu sukses adalah gabungan antara kemampuan dan kesempatan. Orang yang punya kemampuan tapi ia tidak punya kesempatan maka ia tidak akan bisa berbuat apa-apa dan orang yang punya kesempatan tapi tidak punya kemapuan maka ia tidak akan bisa bertahan lama. Oleh karena itulah, carilah kesempatan sebanyak-banyaknya antara lain dengan cara menjalin pertemanan sebanyak-banyaknya dan janganlah berhenti untuk menambah kemampuan kita.." belajar lah seumur hidupmu".

Rabu, 15 Juli 2009

Jurnal Relawan Tentang Kemah Juara…. Full Expresion!!!


Ini adalah bagian dari jurnal seorang relawan tentang kemah juara tahun 2009. Well…Setiap warna punya cerita, setiap cerita punya rasa, setiap rasa punya makna. Kata-kata itulah yang mungkin bisa menggambarkan keseluruhan acara kemah juara Rumah Zakat Indonesia Cabang Yogyakarta yang berlangsung tanggal 10-12 Juli di Bumi Perkemahan Wonogondang, Kaliurang, Sleman-Yogyakarta. “Kemah Juara….Kemah Budaya Untuk Anak Indonesia”., itu adalah tema acara tahun ini dari Rumah Zakat Indonesia dan RZI cabang Yogyakarta dan Solo akhirnya menyulapnya menjadi berbagai kegiatan dan perlombaan yang kesemuanya serba berbau budaya.
Pada hari pertama, sekitar 300 anak yang terdiri dari 11 wilayah di Yogyakarta dan satu wilayah dari Solo berdatangan dengan armada yang sudah disiapkan panitia dan didampingi oleh tujuh relawan dibeberapa titik keberangakan (Sulis, Andi, Rusman, Riski, Agus, Dewi, dan Karsono…” mereka adalah orang-orang yang siap beraksi tanpa aksi….hee). Angkutan yang disiapkanpun pasti akan berkesan untuk anak-anak karena mereka dianggkut bak pasukan yang siap tempur lengkap dengan peralatan selama tiga hari yaitu dengan truk. Satu persatu anak-anak diturunkan di lapangan dan mulai terlihat antusianisme mereka menjalani kegiatan…(walaupun ni…, hati para relawan benar-benar dag-dig dug… melihat banyaknya anak yang akan ditangani).
Anak-anakpun kemudian dipertemukan dengan para pemandu yang akan mendampingi mereka selama tiga hari. Setelah itu, anak-anak putra sholat jum’at bersama di lapangan dan anak-anak perempuan sholat juhur di pendopo. Relawan yang menjadi panitia sudah terlihat seperti setrika alias hilir mudik gak karuan karena setelah peserta sholat dan makan akan diadakan acara pembukaan yang dihadiri oleh beberapa tokoh yang cukup penting. Tokoh-tokoh itu adalah Perwakilan dari Gubernuran, Tokoh Budaya yaitu “ didik ni towok”, Wakil dari Rumah Zakat, dan Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta”. Alhamudillah, Acara pembukaan yang dirancang dengan sederhana serasa cukup khidmat dan bekersan. Diawali dengan pemecahan kendi sebagai lambang supremasi budaya oleh kepala dinas pendidikan dan disambut tepuk tangan keras dari para peserta serta dentuman musik yang memeriahkan suasana, Kemah juara Resmi dibuka….. (UPS….Seorang relawan kemudian berbisik…. huhh…. satu satu fase berat terlewati).
Kerja keras para relawan tentu saja tidak terhenti sampai disini. Para relawan tanpa diperintah sudah menempati divisinya masing-masing… (Bahkan salut juga ada yang ngerangkap-rangkap… like leader in driver… heee). Pasar budaya pun dibuka…. konsep pasar budaya adalah pasar dimana anak-anak bisa membeli keperluannya selama dibumi perkemahan, uang yang yang berlaku adalah uang budaya yang dijatah tiap kelompok. Adegan yang paling seru adalah tawar menawar relawan dengan para peserta untuk membeli keperluan. Relawan dengan sikap teguhnya mempertahankan harga dan peserta dengan bujuk rayunya menurunkan harga. Pasar budaya hari pertama ini dibuka untuk keperluan penyewaan tenda dan perlengkapannya. Peserta kemudian kembali kekelompok masing-masing untuk mendirikan tenda yang akan mejadi rumah sementara mereka selama tiga hari.
Rumah sementara para juara ini siap dan relawan pun tetap sigap walaupun sudah lumayan bisa bernafas lega. Ada satu kendala yang terjadi adalah peserta banyak yang tidak membawa tikar, akhirnya tikar yang disediakan untuk keperluan lainpun secara mendadak menjadi di jual di pasar budaya, ada beberapa kelompok yang disuruh menampilkan hiburan terlebih dahulu sebelum mendapatkan reward tikar (untuk beberapa saat relawan Arif menjadi Penanggung Jawab Pertikeran, sampai akhirnya tikar gak cukup dan relawan yang berada di kota yogya diminta menambah persediaan tiker untuk cadangan). Masalah pertikeran Alhamdulillah bisa selesai menjelang magrib dan rumah sementara peserta bisa ditinggali dengan nyaman untuk sementara. Upsss… ada yang tertinggal, setelah asar ada yang namanya ta’aruf kelompok selama kurang lebih satu jam, sesi ini dipimpin oleh Mr. Huda yang memang sudah ahli mengkoordinir di anak-anak dalam jumlah yang besar.. Ada beberapa permainan yang ditampilkan antara lain meniup balon dan memecahkan bersama, bermain jari, dan permainan lainya yang semuanya bertujuan untuk lebih mengakrabkan sesama peserta yang menghuni kampong juara ini.
Kehebohan setelah magrib terjadi di pasar budaya, dimana para juara ini membeli keperluan makan malam mereka, dengan lampu penerangan yang masih seadanya dan antrian yang lumayan kacau (karena antrinya dari berbagai macam sisi) akhirnya para juara ini berhasil mendapatkan makan semua.. (Sementara Konsumsi bernafas dengan panjang… hee.. Vote To Relawan Anis And The Gank). Sesi nonton film dimulai setelah sholat isya, anak-anak digiring ke lapangan utama yang sudah dikondisikan untuk nontong bareng… dengan screen yang besar, dan suasana yang gelap gulita hanya diterangi bintang-bintang ditambah lagi suasana dingin mencekam… pas banget lah romantisme ala 21. Laskar pelangi pun diputar, walaupun film mungkin sudah banyak yang nonton, namun, tetap aja para juara ini terlihat antusias menyaksikannya apalagi ada supplement tambahan dari sie. konsumsi untuk menghangatkan malam dan doorprize seru dari sie acara.
Disela-sela para juara asik menonton film, tentu saja banyak kehebohan di belakang layar. Sie acara yang berdebat dengan teknis acara, sie keamanan yang mondar-mandir mengamankan tempat, sie konsumsi yang masih berbenah, ataupun panitia serabutan yang bisa bantu dimana aja…. (Because we are the small team for the big job… he…Salute!!!!). Pemandu pun dikumpulkan disela-sela acara untuk mempersiapkan anak-anak asuhnya besok…. dan kehebohan terjadi lagi… karena dari 34 kelompok kemah juara, hanya beberapa kelompok saja yang membawa peralatan masak, sedangkan besoknya para peserta full masak… Akhirnya dengan bujuk rayuan dan sedikit memutar kata (heee…. )terjadilah kesepakatan bahwa beberapa alat masak digunakan beberapa kelompok dan kebutuhan memasak semuanya sudah tersedia di pasar budaya.
Acara hari pertama akhirnya ditutup dengan evaluasi keseluruhan dari panitia. Satu kunci yang relawan bisa pelajari pada hari pertama adalah “Comunination is important, and than commitment…” Para relawan di hari pertama sudah sangat bekerja keras dan tibalah untuk terlelap sementara, walaupun sebenarnya ada yang gak tidur (Bravo to Relawan Karsono and Gerombolan for safe our Kampoeng, Heeee). Jam 03.00 dini hari, kesibukan pun terasa di kampong juara, para juara dibangunkan untuk sholat tahajud dan mendengarkan tausiah, dingin serasa menusuk tulang (Ini Serius…. Dinggggiiiin), namun, Alhamdullilah semuanya terlihat tetap senang.. (Upss…. mata bisa aja salah sih….). Setelah sholat subuh, instruksur senam yang amat berpengalaman (Relawan Ade and Tim…kabarnya sih, udah kelas internasional gitu) mengarahkan para juara untuk menggerakan badannya, disertai dengan musik dan gerakan yang cukup apik dan walaupun tidak berkeringat… para juara ini paling tidak menjalankan salah satu kriteria hidup sehat yaitu olah raga..
Setelah olah raga, tibalah acara masak memasak… pasar budayapun dibuka… antrian mulai terlihat dan tawar menawar mulai terjadi… benar-benar kebahagiaan tersendiri melihat anak-anak bersemangat ria belanja untuk kebutuhan mereka. Selain bahan masak, pasar budayapun menyediakan kebutuhan untuk menghias tenda, relawan selly terlihat sangat asik mempromosikan dagangannya (maklum emang dari sononya udah pedagang, heee…). Setelah itu, waktunya peserta masak dan relawanpun istirahat sejenak. Ada yang memanfaatkan buat mandi, makan pagi, dan ada juga yang tetap mondar-mandir. Oh iya… hampir aja lupa, sementara menunggu berbagai kegiatan, di kampong juara juga ada yang namanya radio juara. Frekuensinya suka ganti-ganti, tergantung ada chanel yang kosong dan ingatan penyiar saat itu… Penyiarnya kebanyakan Relawan Amri yang emang sudah berbakat cuap-cuap semenjak dari kandungan (he… Pisss Bos), semua peserta bisa request apa aja dan nitip salam buat siapa aja di kampong juara, namun berhubung chanelnya suka pindah-pindah, lagu-lagunya yang direquest pun juga sering gak ada.
Jam seorang relawan yang suka mondar-mandir menunjukan jam 07.30, sudah saat nya masuk ke acara berikutnya, namun ternyata para peserta banyak yang belum selesai masak… usut punya usut ternyata disebabkan kebanyakan dari mereka memakai alat masalah gantian. Untunglah, Sie Konsumsi siap dan siaga, antar dan waspada, akhirnya ada beberapa kelompok yang di suplay nasi. Alhamdullilah lagi untuk pagi ini, sie masak-memasak secara umum berlangsung lancar.
Tibalah saatnya life skill, dimana keterampilan yang diajarkan di kampong juara ini adalah pembuatan cemplon, susu kedelai, batik dan sampah. Para peserta dibagi menjadi 3 kelompok besar dan dalam waktu kurang lebih 2 jam mereka harus mengunjungi ke empat posko yang sudah disiapkan (untung aja ada bala bantuan dari temen-teman solo…( Give Jempol to Kerja Samanya Ya….). Life skill pun dilewati, kemudian masuk ke lomba masak dengan bahan dasar mie… luar biasa hasilnya. Dari mie ala sarden, sampai ala martabak sudah tersedia di pasar budaya…. benar-benar meriah hasilnya. Tim penilai dari Sie konsumsi pun melakukan penilaian dan setelah peserta sholat mereka kemudian menikmati hasil masakan yang mereka buat dengan kerja keras tersebut (maklum, dengan peralatan seadanya). Setelah menikmati hidangan ala kadarnya itu, peserta pun siap dengan berbagai macam perlombaan yang sudah disiapkan panitia. Untuk sesi pertama adalah lukis pasta dengan bahan dasar kantong hape yang bebas dilukis oleh peserta dan lukis media dengan bahan dasar kaos, tas, dan kanvas. Sesi berikutnya adalah madding dan pembuatan wayang dan sesi terakhir setelah asar adalah cerdas cermat budaya.
Menjelang magrib, pasar budaya kembali dubuka… kali ini mengadirkan semangka diskon…. dan obral kebutuhan pokok besar-besaran… segala cara relawan pakai untuk menjual barang dagangannya. Dari beli kacang dapat sardenlah, beli bawang dapat beras lah, semangka diskon itungan sepuluh lah, sampai beli apapun bonus kecap… (hwuuaaaa… bener-bener gak nyambung pokoknya). Setelah sholat isya, ditemani dengan empat api unggun dipojok tempat dukuk peserta yang duduk rapi di dilapangan, acara pentas budayapun dimulai. Masing-masing kelompok menampilkan persembahan mereka. Ada yang menampilkan puisi, cabaret super irit yang gak tau apa temanya, just parade lilin, nyanyi, atau hanya sekedar yel-yel. Secara bergantian, 34 kelompok tampil diatas panggung selain juga diumumkan pemenang masing-masing lomba pada siang harinya.
Well. finaly… 2 hari terlewati….walaupun dingin semakin mencekam untungnya semangatnya gak redam… heeee….. panitiapun evaluasi kembali sebelum menutup malam… hari kedua ini, semuanya terlihat lebih mudah.. walaupun matanya udah pada redup semua. Evaluasipun cukup singkat dan padat, para relawan hanya membahas teknis acara outbond keesokan harinya. (emmmm…. ada yang membatin di hatinya…. tinggal sehari lagi… semangat!!!!).
Jam 03.30… telat setengah jam dari hari sebelumnya (maklum, daya stamina sedikit menurun.. he). Para juara dibangunkan untuk menjalankan sholat tahajud, tausiah, lanjut sholat subuh seperti hari pertama. Kemudian dilanjutkan olah raga, kali ini relawan karsono lah yang memimpin dan para juara diajak lari-lari kecil mengelilingi komplek wonogondang. Setelah lari, tidak lupa mereka minum susu dan makan sebungkus roti, makanan pembuka sebelum sarapan nasi di pagi hari. Para juara ini kembali antri di pasar budaya untuk membeli nasi (Harga yang sangat murah, nasi bungkus satu kelompok dihargai Cuma sepuluh ribu… cuman ada di kampong juara kayaknya).
Jam 08.00 tepat, setelah sesi pemotretan para juara selesai, outbond kemudian dimulai. Para relawan sudah menempati posko masing-masing dan sudah siap beraksi memberikan permainan yang menyenangkan untuk para juara. Para juara ihwan memulai dengan permainan menantangnya yaitu laba-laba, merayap, tarzan air, dan menyeberang kolam sedangkan para juara akhwat memulai dengan permainan tradisonal yaitu batok kelapa, holahop, bakiak, dan tari bambu. Keceriaan amat tampak di wajah para juara ini, tidak hanya para juara, para relawanpun termasuk yang nulis ini sangat gembira sekali pada sesi ini karena benar-benar bisa lepas dan bermain sepuasnya bersama anak-anak. Diiringi beberapa musik ceria dan semangat yang membara, suasana menjadi gembira.
Sekitar pukul 11 semua posko sudah dilewati oleh para juara. Merekapun beristirahat dan siap-siap untuk makan, sholat, dan acara penutupan. Sebagian relawan ahkwat mungkin ada di pasar budaya dan menyiapkan konsumsi untuk siang, semantara sebagian relawan ihkwannya…. (!!!!!! heee…ada yang suka rela dan ada yang tidak rela) mereka melakukan semacam ceremonial perpisahan yaitu bercebur ke kolam plus minta foto (katarsis untuk mencari kebahagiaan ni…Bravo!!!).
Setelah acara cebur mencebur selesai, dan sholat juhurpun terlewati, tibalah acara penutupan (ya Allah… tiba juga saat ini…). Suasana tampak meriah,, tidak hanya dimata para juara ini, tapi relawanpun tampak bernafas lega,,, Bener-bener Finaly ni……Armada penjemputan mulai berdatangan, pemandu mulai foto-foto, upsss… pembagian hadiah di penutupan pun lumayan heboh, anak-anak wilayah pajangan mendapatkan tropi kehormatan alias piala bergilir, dan para juara ini siap kembali kerumah masing-masing (jadinya lagu tassya di balik, sekolah tlah tiba dan libur tlah habis… hore… hore..!!!).
Foot Note:
Well, walaupun mungkin kaki rasanya udah mau patah, tidur berselimutkan dingin, susah makan, jarang mandi, emosi meninggi, tetapi TETAP SEMANGAT BAHAGIAKAN UMAT… ALLAHHUAKBAR… CONGRATOLATION TO SOBAT RELAWAN

Jumat, 26 Juni 2009

SAVE OUR EART WITH EDUCATION

Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia sudah semakin menjadi-jadi. Sebut saja terjadinya pemanasan global yang menyebabkan iklim tidak menentu, peningkatan permukaan laut, suhu yang meningkat tajam, dan gangguan ekologis seperti banyaknya spesies hewan dan tumbuhan yang mati. Selain itu, udara yang mulai terkontaminasi polusi akibat padatnya kendaraan bermotor ataupun asap pabrik industri, air yang tercemar oleh limbah, dan bau busuk sampah yang menumpuk dan dibuang semabarangan membuat seolah bumi ini menjadi tempat yang tidak nyaman lagi untuk ditinggali.
Hal tersebut hanyalah sebagian fakta yang terjadi di bumi ini, data-data statistik menyebutkan bahwa dalam laporan terbaru, Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yaitu satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir dan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir. IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global). Selain itu CGD (Center for Global Development) mengungkapkan bahwa pembangkit listrik merupakan kontributor terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). CGD mengumpulkan data dari sekitar 50.000 pembangkit listrik di seluruh dunia dan mengumpulkannya dalam suatu database yang disebut CARMA (Carbon Monitoring For Action). Dimana negara terbesar penghasil CO2 adalah Amerika 2.790.000.000 ton/tahun, China 2.680.000.000 ton/tahun, dan Rusia 661.000.000 ton/tahun, sedangkan Indonesia sendiri menempati urutan ke 18 dalam penghasil CO2 yaitu sebanayak 92.900.000 ton per tahunnya. (http://www.acehforum.or.id/daftar-negara-penghasil-t17856.html?s=392d9474ff6889424733138a2ff39a40&)
Hal ini semakin diperparah dengan anggka penggundulan hutan di dunia sehingga membuat efek semakin parahnya kondisi lingkungan. Data menyebutkan angka penggundulan hutan di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan berlangsung konstan atau mengalami peningkatan lebih dari dua dekade, yang mendorong meningkatnya emisi karbon dan iklim. Di wilayah Amazon di Brasil saja, 7.700 mil persegi hutan hilang tiap tahun, luas ini seluas daerah New Jersey di AS (http://www. geografiana. com/dunia/teknologi/ analisis-penggundulan -amazon-3). Dimana kerusakan lahan saat ini sekitar 30 juta hektar dan diperkirakan akan meningkat sekitar 1 sampai 2% atau 300 ribu hingga 600 ribu hektar per tahun (http:// www.pdpersi. co.id/?show=detailnews &kode =865&tbl=kesling). Bisa dibayangkan bagaimana nasib bumi dimasa yang akan datang jika tidak ada tindakan-tindakan cepat dan preventif untuk mengatasinya. Bahkan, pencemaran terhadap lingkungan diperparah dengan hal-hal kecil yang dilakukan manusia yang tanpa sadar dapat dapat menimbulkan efek jangka panjang. Sebut saja membuang sampah sembarangan, terlalu banyak menggunakan plastik yang jika dibuang tidak akan terurai selama beribut-ribu tahun, pemakaian listrik yang berlebihan, pembuangan limbah rumah tangga ke sungai, pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan lingkungan, tidak adanya kesadaran menanam pohon atau tanaman kecil di depan rumah, dan hal lainnya. Ini pada akhirnya membuat kerusakan lingkungan menjadi semakin parah.
Kerusakan terhadap lingkungan tentu saja mempunyai dampak terhadap kehidupan manusia. Polusi udara bisa menyebabkan terganggunya kesehatan, bahkan dalam jangka panjang CO2 yang terus menerus dihirup bisa menyebabkan penyakit kanker dan tumor. Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of Occupational Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat karyawan yang bekerja di lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker. Lebih dari 20.000.000 karyawan yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya menggarap bahan-bahan yang diketahui mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker, penyakit paru, hipertensi dan gangguan metabolisme lain. Paling sedikit ada 390.000 kasus gangguan kefaalan yang terinduksi oleh dampak negatif lingkungan industri dan100.000 kematian karena sebab okupasional dilaporkan setiap tahun (Teringan, 2004). Belum lagi meningkatnya masalah-masalah psikologis akibat kondisi lingkungan yang kurang nyaman, orang menjadi cepat bosan, mudah marah bahkan mengalami stress pada tingkat tertentu.
Dewasa ini sudah semakin banyak kesadaran dan pertahian pada dampak-dampak kerusakan alam dan lingkungan. Banyak masyarakat ataupun aktivis-aktivis lingkungan yang mulai menyerukan bagaimana rusaknya lingkungan karena ulah manusia. Gerakan-gerakan yang terorganisirpun mulai terbentuk, sebut saja organisasi Green Peace, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), ICEL (Indonesian Center for Environmental Law), IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan organisasi lingkungan lainnya. Organisasi-organisasi secara pro aktif menyuarakan dan mengambil tindakan penyelematan lingkungan dan pencegahan kerusakan lebih parah. Banyak lapisan-lapisan masyarakat yang sekarang sudah lebih peduli dengan kondisi kerusakan lingkungan. Walaupun perlakuan kecil tapi itu terkadang lebih berarti dari pada menunggu merubah kebijakan industri. Contohnya adalah dengan mengurangi pemakaian listrik yang tidak perlu, berjalan kaki atau naik sepeda ketempat kerja, membawa plastik sendiri saat berbelanja, menanam pohon di sekitar rumah, membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang barang bekas, dan tindakan kecil lainnya. Walaupun masih dalam skala kecil kebijakan-kebijakan pemerintahan di seluruh dunia pun sudah mulai ramah lingkungan sebut saja mulai dihentikannya penggunaan tenaga nuklir dibeberapa negara maju, keharusan ada kawasan hijau di perkotaan, pembangunan jalan raya baru yang disertai dengan penanaman pohon, dan kebijakan lainnya.

Minggu, 14 Juni 2009

Authentic Assessment sebagai Evaluasi belajar Siswa di Sekolah

Dewasa ini paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam pembelajaran, menjadi pendekatan yang lebih modern yang berpusat kepada siswa. Dalam pendekatan ini, siswa aktif merekontruksi pengetahuan yang dimilikinya sedangkan guru hanyalah sebagai fasilitator untuk mengembangkan kemampuan.
Di dalam pendekatan tradisional, pendidikan ditekankan pada penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa hanya menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal tempat, dan kejadian. Dimana mereka memperlajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain, mereka juga hanya dilatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung (Johnson, 2009). Siswa seolah hanya menjadi cawan penerima ilmu dari pihak luar sehingga model penilaian yang dilakukan terkesan sangat sederhana dan hanya menekankan pada aspek-aspek yang dangkal dari kognitif.
Sekarang para pakar pendidikan, orang tua, ataupun masyarakat secara luas mulai menyadari bahwa pendidikan tidaklah cukup hanya dengan model tradisional seperti itu. Mereka mulai mempertanyakan tentang manfaat sekolah terhadap siswa, apalah artinya ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah jika pada akhirnya tidak bisa diaplikasikan ke dalam dunia nyata atau ketika siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang membutuhkan keterampilan tertentu untuk menyelesaikan masalah. Jika siswa hanya tau dan hafal, namun tidak bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan untuk menyelesaikan masalah, maka fungsi pengetahuan belumlah tercapai sepenuhnya. Oleh karena itulah, paradigma pendidikan pada akhirnya sekamin bergeser kepada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap maksud dalam materi akademis yang mereka terima, mampu mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya serta mampu mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata.
Banyak para pakar yang mencoba merumuskan bagaimana metode yang tepat dalam pendidikan terutama yang berpusat kepada siswa. Sebut saja metode-metode seperti pembelajaran berbasis kooperatif, kolaboratif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kontekstual dan model lainnya. Metode-metode tersebut dikembangkan agar siswa semakin aktif mencari dan memaknai pengetahuan dalam proses pembelajaran, dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya kedalam situasi yang lebih rill.
Faktanya sekarang, banyak sekolah yang sudah menerapkan metode pemelajaran tingkat tinggi yang mengajak siswa untuk lebih aktif mencari pengetahuan dan mengembangkannya. Siswa banyak diarahkan tidak hanya untuk berfikir analisis, tetapi juga kreatif dan mampu mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata. Dari level paling bawah hingga universitaspun sudah mengarahkan level pembelajaran kearah yang lebih canggih. Banyak lahir sekolah-sekolah yang berwawasan teknologi (IT), sekolah akselerasi atau percepatan, sekolah internasional, montessori, home schooling, dan jenis lainnya yang tujuannya adalah untuk lebih mengoptimalkan kemampuan siswa.
Di dalam proses belajar belajar yang dilakukan di sekolah-sekolah tersebut tentu saja tidaklah terlepas dari adanya evaluasi hasil belajar. Dimana, Evaluasi menurut Tyler (1950; Arikunto, 2001) merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan tercapai. Dalam arti luas evaluasi diartikan sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang tepat untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978: Purwanto, 2006). Oleh karena itulah, evaluasi sangat dibutuhkan untuk meninjau sejauh mana metode yang digunakan efektif, dan sejauh mana siswa mampu menyerap pembelajaran yang diberikan.
Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, dengan jawaban-jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Model seperti ini, sistem evaluasi seolah terpisah dengan pembelajaran dan pengaplikasiannya pada kondisi rill.
Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan dikelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran (Santrock, 2007). Hal ini pada dasarnya terlalu menyerderhanakan kapasitas siswa selaku pembelajar karena potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa tidak mampu sepenuhnya diungkap, apalagi jika penilaian hanya terbatas pada pengungkapan aspek-aspek yang dangkal seperti pengetahuan level dasar, hanya mengandalkan memori semata atau metode penilaian yang sangat terbatas.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak di ukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggungjawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas dari pada hanya menguji memori atau kemampuan dasar saja (Earl&Cousins, 1995; Stiggins, 1996; Hargreaves, dkk, 2001).
Oleh karena itulah, sistem evaluasi belajarpun mulai berkembang dari sistem yang bersifat tradisional menjadi sistem penilaian yang lebih autentik (authentic assessment). Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai (Sudrajat, 2007). Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) menjelaskan bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan professional.
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001 dalam Santrock, 2007), muncul dikarenakan penilaian tradisional yang sering kali mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock, 2007). Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992: Johnson, 2009). Sedangkan Johnson (2009) menjelaskan bahwa authentic assesment berfokus kepada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun, keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi, karena tugas-tugas yang diberikan di dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.
Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak guru atau sekolah. Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat, Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhugungan dan kerja sama dengan orang lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).
Sedangkan bagi guru penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya kedalam dunia nyata.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (2007). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Prestasi Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Burley, Hansel & Price, Margaret. (2003). What Work with Authentic Assessment. Educational Horizons

Corebima, AD. (2005). Assesment Autentik. http://sman1talun.sch.id /userfiles/Slide%20-%20Autentik%20asesmen.ppt (16
Mei 2009)

Gulikers, Judth. T.M,.Bastiaens, Theo. J,. & Kirschner, Paul. A. (2004). A-Five-Dimensional Framwork Tof Authentic
Assessment. Etr. Vol. 52. No. 3. 2004

Hargreaves, A.,Earl, L,. More, S, & Manning, S. (2001). Learning to Change-Teaching Beyond Subjects and Standard. California:
Jossey Bass Inc.

Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Johnson Elaine B. (2009). Contextual Teaching & Learning (terjemahan). Bandung: MLC

Lang, Choon Quek. (2006). Engaging in Project Work. Singapore: McGraw Hill

Purwanto, Ngalim. M. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudrajat. (2007). “Gerakan” Pendekatan Kontekstual (CTL) Dalam Matematika sebuah kemajuan atau jalan di tempat?
http://rbaryans.wordpress.com/2007/07/31/%E2%80%9Cgerakan%E2%80%9D-pendekatan-kontekstual-baca-ctldalam-
matematika-sebuah-kemajuan-atau-jalan-di-tempat/ (16 Mei 2009)

Minggu, 26 April 2009

Dampak Rumah Kaca Matikan Seperlima Terumbu Karang Dunia

Poznan, Polandia ( Berita ) : Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat buangan karbon dioksida, demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu.

Laporan itu, yang disiarkan oleh Global Coral Reef Monitoring Network di sisi pembicaraan Poznan, berusaha memberi tekanan atas peserta pembicaraan PBB mengenai iklim di Poznan, Polandia, agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan temperatur.

“Jika kecenderungan buangan karbon dioksida saat ini berlangsung terus, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi berbahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka,” kata laporan tersebut.

“Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfir dalam waktu kurang dari 50 tahun,” kata Carl Gustaf Lundin, pemimpin program kelautan global di International Union for Conservation of Nature, salah satu organisasi di belakang Global Coral Reef Monitoring Network.

“Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut,” katanya.

Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.

Laporan tersebut, dengan membesarkan hati, menyatakan 45 persen terumbu karang saat ini berada dalam kondisi sehat. Tanda harapan lain ialah kemampuan sebagian terumbu karang untuk pulih setelah peristiwa besar “bleaching” akibat air yang menghangat, dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

“Laporan itu merinci konsensus kuat ilmiah bahwa perubahan iklim harus dibatasi pada tingkat minimum absolut,” kata Clive Wilkinson, Koordinator Global Coral Reef Monitoring Network.

Laporan tersebut juga menyatakan terumbu karang memiliki peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup pada saat perubahan iklim terjadi, jika faktor tekanan lain yang berkaitan dengan kegiatan manusia diperkecil. ( ant/xinhua )

By: http://beritasore.com/2008/12/11/dampak-rumah-kaca-matikan-seperlima-terumbu-karang-dunia/

Jumat, 27 Maret 2009

Aku...dan Hidupku

Aku mencintai ilmu sebagaimana aku mencintai hidupku
Aku mencintai orang-orang disekitarku seagaimana aku mencintai hidupku
AKu mencintai alam sebagaimana aku mencintai hidupku
Aku mencintai mimpiku sebagaimana aku mencintai hidupku
Aku mencintai tuhanku sebagaimana aku mencintai hidupku

Namun, suatu saat... aku akan mencintai Tuhanku melebihi hidupku