Rabu, 15 Juli 2009

Jurnal Relawan Tentang Kemah Juara…. Full Expresion!!!


Ini adalah bagian dari jurnal seorang relawan tentang kemah juara tahun 2009. Well…Setiap warna punya cerita, setiap cerita punya rasa, setiap rasa punya makna. Kata-kata itulah yang mungkin bisa menggambarkan keseluruhan acara kemah juara Rumah Zakat Indonesia Cabang Yogyakarta yang berlangsung tanggal 10-12 Juli di Bumi Perkemahan Wonogondang, Kaliurang, Sleman-Yogyakarta. “Kemah Juara….Kemah Budaya Untuk Anak Indonesia”., itu adalah tema acara tahun ini dari Rumah Zakat Indonesia dan RZI cabang Yogyakarta dan Solo akhirnya menyulapnya menjadi berbagai kegiatan dan perlombaan yang kesemuanya serba berbau budaya.
Pada hari pertama, sekitar 300 anak yang terdiri dari 11 wilayah di Yogyakarta dan satu wilayah dari Solo berdatangan dengan armada yang sudah disiapkan panitia dan didampingi oleh tujuh relawan dibeberapa titik keberangakan (Sulis, Andi, Rusman, Riski, Agus, Dewi, dan Karsono…” mereka adalah orang-orang yang siap beraksi tanpa aksi….hee). Angkutan yang disiapkanpun pasti akan berkesan untuk anak-anak karena mereka dianggkut bak pasukan yang siap tempur lengkap dengan peralatan selama tiga hari yaitu dengan truk. Satu persatu anak-anak diturunkan di lapangan dan mulai terlihat antusianisme mereka menjalani kegiatan…(walaupun ni…, hati para relawan benar-benar dag-dig dug… melihat banyaknya anak yang akan ditangani).
Anak-anakpun kemudian dipertemukan dengan para pemandu yang akan mendampingi mereka selama tiga hari. Setelah itu, anak-anak putra sholat jum’at bersama di lapangan dan anak-anak perempuan sholat juhur di pendopo. Relawan yang menjadi panitia sudah terlihat seperti setrika alias hilir mudik gak karuan karena setelah peserta sholat dan makan akan diadakan acara pembukaan yang dihadiri oleh beberapa tokoh yang cukup penting. Tokoh-tokoh itu adalah Perwakilan dari Gubernuran, Tokoh Budaya yaitu “ didik ni towok”, Wakil dari Rumah Zakat, dan Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta”. Alhamudillah, Acara pembukaan yang dirancang dengan sederhana serasa cukup khidmat dan bekersan. Diawali dengan pemecahan kendi sebagai lambang supremasi budaya oleh kepala dinas pendidikan dan disambut tepuk tangan keras dari para peserta serta dentuman musik yang memeriahkan suasana, Kemah juara Resmi dibuka….. (UPS….Seorang relawan kemudian berbisik…. huhh…. satu satu fase berat terlewati).
Kerja keras para relawan tentu saja tidak terhenti sampai disini. Para relawan tanpa diperintah sudah menempati divisinya masing-masing… (Bahkan salut juga ada yang ngerangkap-rangkap… like leader in driver… heee). Pasar budaya pun dibuka…. konsep pasar budaya adalah pasar dimana anak-anak bisa membeli keperluannya selama dibumi perkemahan, uang yang yang berlaku adalah uang budaya yang dijatah tiap kelompok. Adegan yang paling seru adalah tawar menawar relawan dengan para peserta untuk membeli keperluan. Relawan dengan sikap teguhnya mempertahankan harga dan peserta dengan bujuk rayunya menurunkan harga. Pasar budaya hari pertama ini dibuka untuk keperluan penyewaan tenda dan perlengkapannya. Peserta kemudian kembali kekelompok masing-masing untuk mendirikan tenda yang akan mejadi rumah sementara mereka selama tiga hari.
Rumah sementara para juara ini siap dan relawan pun tetap sigap walaupun sudah lumayan bisa bernafas lega. Ada satu kendala yang terjadi adalah peserta banyak yang tidak membawa tikar, akhirnya tikar yang disediakan untuk keperluan lainpun secara mendadak menjadi di jual di pasar budaya, ada beberapa kelompok yang disuruh menampilkan hiburan terlebih dahulu sebelum mendapatkan reward tikar (untuk beberapa saat relawan Arif menjadi Penanggung Jawab Pertikeran, sampai akhirnya tikar gak cukup dan relawan yang berada di kota yogya diminta menambah persediaan tiker untuk cadangan). Masalah pertikeran Alhamdulillah bisa selesai menjelang magrib dan rumah sementara peserta bisa ditinggali dengan nyaman untuk sementara. Upsss… ada yang tertinggal, setelah asar ada yang namanya ta’aruf kelompok selama kurang lebih satu jam, sesi ini dipimpin oleh Mr. Huda yang memang sudah ahli mengkoordinir di anak-anak dalam jumlah yang besar.. Ada beberapa permainan yang ditampilkan antara lain meniup balon dan memecahkan bersama, bermain jari, dan permainan lainya yang semuanya bertujuan untuk lebih mengakrabkan sesama peserta yang menghuni kampong juara ini.
Kehebohan setelah magrib terjadi di pasar budaya, dimana para juara ini membeli keperluan makan malam mereka, dengan lampu penerangan yang masih seadanya dan antrian yang lumayan kacau (karena antrinya dari berbagai macam sisi) akhirnya para juara ini berhasil mendapatkan makan semua.. (Sementara Konsumsi bernafas dengan panjang… hee.. Vote To Relawan Anis And The Gank). Sesi nonton film dimulai setelah sholat isya, anak-anak digiring ke lapangan utama yang sudah dikondisikan untuk nontong bareng… dengan screen yang besar, dan suasana yang gelap gulita hanya diterangi bintang-bintang ditambah lagi suasana dingin mencekam… pas banget lah romantisme ala 21. Laskar pelangi pun diputar, walaupun film mungkin sudah banyak yang nonton, namun, tetap aja para juara ini terlihat antusias menyaksikannya apalagi ada supplement tambahan dari sie. konsumsi untuk menghangatkan malam dan doorprize seru dari sie acara.
Disela-sela para juara asik menonton film, tentu saja banyak kehebohan di belakang layar. Sie acara yang berdebat dengan teknis acara, sie keamanan yang mondar-mandir mengamankan tempat, sie konsumsi yang masih berbenah, ataupun panitia serabutan yang bisa bantu dimana aja…. (Because we are the small team for the big job… he…Salute!!!!). Pemandu pun dikumpulkan disela-sela acara untuk mempersiapkan anak-anak asuhnya besok…. dan kehebohan terjadi lagi… karena dari 34 kelompok kemah juara, hanya beberapa kelompok saja yang membawa peralatan masak, sedangkan besoknya para peserta full masak… Akhirnya dengan bujuk rayuan dan sedikit memutar kata (heee…. )terjadilah kesepakatan bahwa beberapa alat masak digunakan beberapa kelompok dan kebutuhan memasak semuanya sudah tersedia di pasar budaya.
Acara hari pertama akhirnya ditutup dengan evaluasi keseluruhan dari panitia. Satu kunci yang relawan bisa pelajari pada hari pertama adalah “Comunination is important, and than commitment…” Para relawan di hari pertama sudah sangat bekerja keras dan tibalah untuk terlelap sementara, walaupun sebenarnya ada yang gak tidur (Bravo to Relawan Karsono and Gerombolan for safe our Kampoeng, Heeee). Jam 03.00 dini hari, kesibukan pun terasa di kampong juara, para juara dibangunkan untuk sholat tahajud dan mendengarkan tausiah, dingin serasa menusuk tulang (Ini Serius…. Dinggggiiiin), namun, Alhamdullilah semuanya terlihat tetap senang.. (Upss…. mata bisa aja salah sih….). Setelah sholat subuh, instruksur senam yang amat berpengalaman (Relawan Ade and Tim…kabarnya sih, udah kelas internasional gitu) mengarahkan para juara untuk menggerakan badannya, disertai dengan musik dan gerakan yang cukup apik dan walaupun tidak berkeringat… para juara ini paling tidak menjalankan salah satu kriteria hidup sehat yaitu olah raga..
Setelah olah raga, tibalah acara masak memasak… pasar budayapun dibuka… antrian mulai terlihat dan tawar menawar mulai terjadi… benar-benar kebahagiaan tersendiri melihat anak-anak bersemangat ria belanja untuk kebutuhan mereka. Selain bahan masak, pasar budayapun menyediakan kebutuhan untuk menghias tenda, relawan selly terlihat sangat asik mempromosikan dagangannya (maklum emang dari sononya udah pedagang, heee…). Setelah itu, waktunya peserta masak dan relawanpun istirahat sejenak. Ada yang memanfaatkan buat mandi, makan pagi, dan ada juga yang tetap mondar-mandir. Oh iya… hampir aja lupa, sementara menunggu berbagai kegiatan, di kampong juara juga ada yang namanya radio juara. Frekuensinya suka ganti-ganti, tergantung ada chanel yang kosong dan ingatan penyiar saat itu… Penyiarnya kebanyakan Relawan Amri yang emang sudah berbakat cuap-cuap semenjak dari kandungan (he… Pisss Bos), semua peserta bisa request apa aja dan nitip salam buat siapa aja di kampong juara, namun berhubung chanelnya suka pindah-pindah, lagu-lagunya yang direquest pun juga sering gak ada.
Jam seorang relawan yang suka mondar-mandir menunjukan jam 07.30, sudah saat nya masuk ke acara berikutnya, namun ternyata para peserta banyak yang belum selesai masak… usut punya usut ternyata disebabkan kebanyakan dari mereka memakai alat masalah gantian. Untunglah, Sie Konsumsi siap dan siaga, antar dan waspada, akhirnya ada beberapa kelompok yang di suplay nasi. Alhamdullilah lagi untuk pagi ini, sie masak-memasak secara umum berlangsung lancar.
Tibalah saatnya life skill, dimana keterampilan yang diajarkan di kampong juara ini adalah pembuatan cemplon, susu kedelai, batik dan sampah. Para peserta dibagi menjadi 3 kelompok besar dan dalam waktu kurang lebih 2 jam mereka harus mengunjungi ke empat posko yang sudah disiapkan (untung aja ada bala bantuan dari temen-teman solo…( Give Jempol to Kerja Samanya Ya….). Life skill pun dilewati, kemudian masuk ke lomba masak dengan bahan dasar mie… luar biasa hasilnya. Dari mie ala sarden, sampai ala martabak sudah tersedia di pasar budaya…. benar-benar meriah hasilnya. Tim penilai dari Sie konsumsi pun melakukan penilaian dan setelah peserta sholat mereka kemudian menikmati hasil masakan yang mereka buat dengan kerja keras tersebut (maklum, dengan peralatan seadanya). Setelah menikmati hidangan ala kadarnya itu, peserta pun siap dengan berbagai macam perlombaan yang sudah disiapkan panitia. Untuk sesi pertama adalah lukis pasta dengan bahan dasar kantong hape yang bebas dilukis oleh peserta dan lukis media dengan bahan dasar kaos, tas, dan kanvas. Sesi berikutnya adalah madding dan pembuatan wayang dan sesi terakhir setelah asar adalah cerdas cermat budaya.
Menjelang magrib, pasar budaya kembali dubuka… kali ini mengadirkan semangka diskon…. dan obral kebutuhan pokok besar-besaran… segala cara relawan pakai untuk menjual barang dagangannya. Dari beli kacang dapat sardenlah, beli bawang dapat beras lah, semangka diskon itungan sepuluh lah, sampai beli apapun bonus kecap… (hwuuaaaa… bener-bener gak nyambung pokoknya). Setelah sholat isya, ditemani dengan empat api unggun dipojok tempat dukuk peserta yang duduk rapi di dilapangan, acara pentas budayapun dimulai. Masing-masing kelompok menampilkan persembahan mereka. Ada yang menampilkan puisi, cabaret super irit yang gak tau apa temanya, just parade lilin, nyanyi, atau hanya sekedar yel-yel. Secara bergantian, 34 kelompok tampil diatas panggung selain juga diumumkan pemenang masing-masing lomba pada siang harinya.
Well. finaly… 2 hari terlewati….walaupun dingin semakin mencekam untungnya semangatnya gak redam… heeee….. panitiapun evaluasi kembali sebelum menutup malam… hari kedua ini, semuanya terlihat lebih mudah.. walaupun matanya udah pada redup semua. Evaluasipun cukup singkat dan padat, para relawan hanya membahas teknis acara outbond keesokan harinya. (emmmm…. ada yang membatin di hatinya…. tinggal sehari lagi… semangat!!!!).
Jam 03.30… telat setengah jam dari hari sebelumnya (maklum, daya stamina sedikit menurun.. he). Para juara dibangunkan untuk menjalankan sholat tahajud, tausiah, lanjut sholat subuh seperti hari pertama. Kemudian dilanjutkan olah raga, kali ini relawan karsono lah yang memimpin dan para juara diajak lari-lari kecil mengelilingi komplek wonogondang. Setelah lari, tidak lupa mereka minum susu dan makan sebungkus roti, makanan pembuka sebelum sarapan nasi di pagi hari. Para juara ini kembali antri di pasar budaya untuk membeli nasi (Harga yang sangat murah, nasi bungkus satu kelompok dihargai Cuma sepuluh ribu… cuman ada di kampong juara kayaknya).
Jam 08.00 tepat, setelah sesi pemotretan para juara selesai, outbond kemudian dimulai. Para relawan sudah menempati posko masing-masing dan sudah siap beraksi memberikan permainan yang menyenangkan untuk para juara. Para juara ihwan memulai dengan permainan menantangnya yaitu laba-laba, merayap, tarzan air, dan menyeberang kolam sedangkan para juara akhwat memulai dengan permainan tradisonal yaitu batok kelapa, holahop, bakiak, dan tari bambu. Keceriaan amat tampak di wajah para juara ini, tidak hanya para juara, para relawanpun termasuk yang nulis ini sangat gembira sekali pada sesi ini karena benar-benar bisa lepas dan bermain sepuasnya bersama anak-anak. Diiringi beberapa musik ceria dan semangat yang membara, suasana menjadi gembira.
Sekitar pukul 11 semua posko sudah dilewati oleh para juara. Merekapun beristirahat dan siap-siap untuk makan, sholat, dan acara penutupan. Sebagian relawan ahkwat mungkin ada di pasar budaya dan menyiapkan konsumsi untuk siang, semantara sebagian relawan ihkwannya…. (!!!!!! heee…ada yang suka rela dan ada yang tidak rela) mereka melakukan semacam ceremonial perpisahan yaitu bercebur ke kolam plus minta foto (katarsis untuk mencari kebahagiaan ni…Bravo!!!).
Setelah acara cebur mencebur selesai, dan sholat juhurpun terlewati, tibalah acara penutupan (ya Allah… tiba juga saat ini…). Suasana tampak meriah,, tidak hanya dimata para juara ini, tapi relawanpun tampak bernafas lega,,, Bener-bener Finaly ni……Armada penjemputan mulai berdatangan, pemandu mulai foto-foto, upsss… pembagian hadiah di penutupan pun lumayan heboh, anak-anak wilayah pajangan mendapatkan tropi kehormatan alias piala bergilir, dan para juara ini siap kembali kerumah masing-masing (jadinya lagu tassya di balik, sekolah tlah tiba dan libur tlah habis… hore… hore..!!!).
Foot Note:
Well, walaupun mungkin kaki rasanya udah mau patah, tidur berselimutkan dingin, susah makan, jarang mandi, emosi meninggi, tetapi TETAP SEMANGAT BAHAGIAKAN UMAT… ALLAHHUAKBAR… CONGRATOLATION TO SOBAT RELAWAN