Senin, 16 Juni 2008

Tulisan Tentang Waktu...

aku membaca sebuah tulisan, yang perlu kita cermati bersama-sama... intinya adalah tentang waktu, dan aku sangat suka tulisan yang gak ada namanya ini....

ambilah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan
ambilah waktu untuk bermain, sumber masa muda yang abadi
ambilah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
ambilah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
ambilah waktu untuk dicintai dan mencintai, itu adalah hak istemewa dari Tuhan
ambilah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
ambilah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
ambilah waktu untuk memberi, membuat hidup serasa berarti
ambilah waktu untuk bekerja, itu merupakan nilai dari sebuah keberhasilan
ambilah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju surga......

Minggu, 15 Juni 2008

Pertanyaan soal hidup

Apa hidup itu, bagaimana seharusnya kita di dalam hidup, apa makna di balik kehidupan ini. Beberapa pertanyaan mendasar yang sering di tanyakan oleh aku dan teman-teman ku. Mungkin memang adalah sesuatu yang wajar karena dipandang dari sudut usia adalah peralihan antara remaja dan dewasa. Sehingga begitu banyak pertanyaan yang bukan mencari jati diri lagi tapi lebih kepada esensi kehidupan yang akan di jalani kedepannya.

diskusi seru pun sangat sering terjadi antara aku dan teman-teman ku soal hidup. Ada yang mengatakan kepada ku bahwa hidup adalah amanah, bagaimana caranya kita bisa berarti bagi orang lain dan dengan keberadaan kita orang lain menjadi lebih berarti. Pengertian yang aku dapat dari orang yang sudah berhasil dan ingin menggaktualisasikan dihidupnya untuk orang lain karena kebutuhan nya sendiri sudah sangat tercukupi dengan baik. Ada juga yang mengatakan kepada ku bahwa hidup itu adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi dengan penuh semangat dan senyuman meskipun terkadang kerikil tajam berserakan di jalan yang di lalui, sebuah pengertian yang aku dapat dari orang yang sangat dekat dengan Tuhan. Hal menarik dari teman ku yang tanpa beban dalam hidupnya (lebih tepatnya mencoba tanpa beban) mengatakan bahwa hidup adalah hari ini, jadi bagaimana caranya kita menjalani hidup sebaik-baiknya untuk hari ini, perkara besok ya besok...(intinya jalani hidup ini dengan santai dan apa adanya).

Seorang teman ku yang amat berprestasi mengatakan bahwa hidup itu adalah pilihan. Ingin menjadi dan akan seperti apa kita itu tergantung dari pilihan-pilihan yang kita lakukan. Dia tidak percaya akan keberuntungan, akan tetapi lebih percaya pada usaha yang maksimal. (Sebenarnya aku sepakat akan hal ini)

pertanyaan-pertanyaan tentang hidup pun pada akhirnya melebar kepada apa sih makna kebahagiaan itu... pernyataan yang sangat aku sepakati dari seorang teman adalah bahwa bahagia bermakna keiklasan. Benar-benar pengertian yang sampai pada titik itu menurutku, adalah suatu proses yang sangat panjang.

ada yang mengatakan bahwa bahagia adalah sesuatu yang sesuai dengan harapan. Apapun harapan kita, jika tercapai pasti akan mendatangkan kebahagiaan. Well, menurutku ada esensi yang lebih dari itu. Ada pula seorang teman yang menyebutkan bahwa bahagia adalah kita bisa berarti bagi orang lain. AKu ingin menambahkan, tidak hanya berarti bagi orang lain tapi juga merasa berarti bagi diri sendiri. bahkan di bab ilmu psikologi ada bab sendiri yang membahas tentang kebahagiaan, bukti bahwa sepanjang masa itu adalah hal yang amat penting.

Salah satu teori yang sangat aku senangngi bahwa kebahagiaan mencakup tiga hal yaitu prestasi, penerimaan, dan kasih sayang. Aku mengganggap bisa merangkum semuanya walaupun terkadang jatuhnya ke diriku sedikit kurang aplikatif, he.... Ada juga yang mengidentikan kebahagiaan adalah kepuasan hidup. Nah.... semakin luas lagi, karena kepuasan secara umum dibagi menjadi kepuasan psikologis.... mau bahas dari pandang mana coba... Hirakinya maslow atau sudut pandang keagamaan... benar-benar komplek dan benar-benar asik untuk difikirkan dan sangat sulit untuk diaplikasikan.....

well,... hidup.....hidup.... inilah hidup

Anak Jalanan

Ini adalah cerita dari pengalaman ku bersama anak-anak yang istilah sosialnya banyak disebut sebagai kaum marginal. Sosok-sosok yang bukan memilih menjadi anak jalanan tapi karena keterpaksaan akan nasib dan keadaan lah yang membuat mereka terpaksa menghabiskan waktu di jalanan....

banyak orang memandang negatif terhadap mereka. sosok-sosok yang hanya bisa minta uang, terkesan agresif, kumal, dan seakan tidak berpendidikan. Paradigma negatif sudah menempel dalam diri mereka seolah ada cap berlabel merah sebagai anak yang tidak mempunyai masa depan.

pergulatan ku dengan anak jalanan di mulai ketika aku mencoba magang di salah satu lembaga kampus, yang pada akhirnya menempatkan kami bersama anak-anak jalanan. pengetahuan ku tentang mereka awalnya hanya kudapat dari buku, majalah, ataupun artikel-artikel dari internet. tidak pernah sebelumnya aku berinteraksi lebih dari antara pemberi dan peminta uang. Disana aku menemukan banyak hal, baik tentang pemahaman ku pada mereka juga tentang kehidupanku, bahwa sanya aku masih sangat beruntung dibandingkan mereka dan sangatlah bodoh kalau aku terus menerus mengeluh akan banyaknya keajaiban di dalam hidupku...

dua minggu aku dan teman-temanku bersama mereka.. banyak cerita di sana. aku nememui seorang anak yang baru berumur 10 tahun, dan dia menargetkan mendapatkan uang 20 ribu rupiah perharinya untuk membantu ibunya yang sedang melahirkan sedangkan ayahnya sakit sehinga tidak bisa bekerja apa-apa. Aku juga menemui seorang anak penjual kacang yang per bungkusnya hanya untung 300 rupiah yang bekerja karena ia anak yatim, dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Dua orang ini termasuk anak yang cerdas dan sayang sekali jika mereka suatu saat putus sekolah.. Ada juga seorang anak yang tidak mampu sekolah dan terpaksa bekerja di jalanan, namun aku belum pernah menemui sebelumnya, anak yang tidak pernah duduk dibangku sekolah namun begitu cerdas dan pintar dalam menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh kami. Hitungan-hitungan yang seharusnya dikerjakan oleh siswa kelas 6 SD bahkan SMP, ia sudah bisa mengerjakannya. aku membatin, sayang sekali bakat anak ini jika disia-siakan.

hubungan ku bersama anak-anak ini berlanjut ke dalam sebuah penelitian tentang mereka, dimana aku mencoba mengungkap potensi apa saja yang dimiliki oleh mereka. Semakin lama aku pun semakin asik dengan dunia mereka, dan semakin sadar bahwa cara yang selama ini digunakan untuk menanggulangi menjamurnya anak-anak yang bekerja di jalanan baik dari pemerintah ataupun masyarakat adalah kurang optimal. AKu tidak mengatakan cara yang selama ini salah, hanya saja terlalu banyak yang perlu dibenahi, dan sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk lebih peduli.

aku sedikit ingin menyoroti bagaimana kerja pemerintah dalam menangani permasalahan anak jalanan. Terkadang aku berfikir, apa kerjanya dinas sosial. Liatlah di sekitar alun-alun kota malang contohnya ketika malam hari, pasti akan geleng-geleng kepala... teramat banyak orang-orang yang menggelandang. Hampir di seluruh emperan toko di tiduri oleh orang-orang yang tidak mempunyai rumah dan mengandalkan kehidupan dari belas kasihan orang lain. Aku tidak ingin menyoroti itu,..pernah suatu saat ketika aku bersama anak-anak jalanan, mereka ketakutan akan ditangkap oleh satpol PP karena jika mereka ditanggakap mereka bukannya dibina dan diarahkan akan tetapi akan dipukuli kemudian di lepaskan. Salah satu modeling agresifitas yang kita tau dari mana datangnya pikirku. Aku bahkan melihat ada perbedaan pendapat antara aparatur pemerintah sendiri dalam menyelesaikan masalah anak jalanan. Ada yang menggunakan pendekatan keamanan yaitu anak jalanan adalah sebagai sosok trouble maker yang harus dibasmi sampai tuntas, sehingga tidak heran jika terkadang aparatur main pukul dan tendang. Ada juga yang menggunakan pendekatakan care giver bahwa anak harus dirawat dan dilindungi serta diarahkan ke jalanan yang benar, biasanya pendekatan ini dipakai oleh dinas sosial. Wajarlah, jika ada sikap apatis pada pemerintah dari mereka, karena yang mereka tahu pemerintah adalah yang berseragam coklat muda dan menggunakan lambang di tangannya... Ada kebingunggan pada akhirnya, tiba-tiba dipukul kemudian di elus-elus. Aku disini ingin menuliskan bahwa yang kita hadapi adalah sosok anak-anak yang akan belajar dari apa yang dilihatnya.

Aku pun sedikit ingin menyoroti kultur masyarakat kita yang sekali aku tidak mengatakan itu salah, hanya saja kadang aku menyebutnya terlalu peduli namun pada dasarnya kurang tepat. Rasa kasihan kepada mereka yang meminta di jalanan pada akhirnya membuat kita terus-menerus memberikan uang kepada mereka. Yap, benar... itu adalah solusi jangka pendek untuk membantu mereka namun jangka panjangnya adalah itu membuat anak-anak yang bekerja di jalanan semakin menjamur.

aku pun sebenarnya tidak tahu solusi apa yang tepat untuk mereka, karena kehidupan mereka sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya. Bagaikan suatu komunitas yang sudah turun-menurun berada di jalanan. Pendekatakan secara indvidual dan komunitas pun harus sama-sama dilakukan. pendekatan baik kepada anak baik komunitas jalanan. AKu juga tidak pandai menyakinkan, hanya saja berikan lah sesuatu kepada mereka bukan hanya sekedar uang. Sesuatu yang membawa dampak positif dalam jangka panjang mereka. dan kita harus bersama-sama mencari solusi akan itu.....

bagi ku hidup adalah pilihan, dan pilihan kita lah untuk peduli atau tidak kepada sesama.....