Minggu, 15 Juni 2008

Anak Jalanan

Ini adalah cerita dari pengalaman ku bersama anak-anak yang istilah sosialnya banyak disebut sebagai kaum marginal. Sosok-sosok yang bukan memilih menjadi anak jalanan tapi karena keterpaksaan akan nasib dan keadaan lah yang membuat mereka terpaksa menghabiskan waktu di jalanan....

banyak orang memandang negatif terhadap mereka. sosok-sosok yang hanya bisa minta uang, terkesan agresif, kumal, dan seakan tidak berpendidikan. Paradigma negatif sudah menempel dalam diri mereka seolah ada cap berlabel merah sebagai anak yang tidak mempunyai masa depan.

pergulatan ku dengan anak jalanan di mulai ketika aku mencoba magang di salah satu lembaga kampus, yang pada akhirnya menempatkan kami bersama anak-anak jalanan. pengetahuan ku tentang mereka awalnya hanya kudapat dari buku, majalah, ataupun artikel-artikel dari internet. tidak pernah sebelumnya aku berinteraksi lebih dari antara pemberi dan peminta uang. Disana aku menemukan banyak hal, baik tentang pemahaman ku pada mereka juga tentang kehidupanku, bahwa sanya aku masih sangat beruntung dibandingkan mereka dan sangatlah bodoh kalau aku terus menerus mengeluh akan banyaknya keajaiban di dalam hidupku...

dua minggu aku dan teman-temanku bersama mereka.. banyak cerita di sana. aku nememui seorang anak yang baru berumur 10 tahun, dan dia menargetkan mendapatkan uang 20 ribu rupiah perharinya untuk membantu ibunya yang sedang melahirkan sedangkan ayahnya sakit sehinga tidak bisa bekerja apa-apa. Aku juga menemui seorang anak penjual kacang yang per bungkusnya hanya untung 300 rupiah yang bekerja karena ia anak yatim, dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Dua orang ini termasuk anak yang cerdas dan sayang sekali jika mereka suatu saat putus sekolah.. Ada juga seorang anak yang tidak mampu sekolah dan terpaksa bekerja di jalanan, namun aku belum pernah menemui sebelumnya, anak yang tidak pernah duduk dibangku sekolah namun begitu cerdas dan pintar dalam menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh kami. Hitungan-hitungan yang seharusnya dikerjakan oleh siswa kelas 6 SD bahkan SMP, ia sudah bisa mengerjakannya. aku membatin, sayang sekali bakat anak ini jika disia-siakan.

hubungan ku bersama anak-anak ini berlanjut ke dalam sebuah penelitian tentang mereka, dimana aku mencoba mengungkap potensi apa saja yang dimiliki oleh mereka. Semakin lama aku pun semakin asik dengan dunia mereka, dan semakin sadar bahwa cara yang selama ini digunakan untuk menanggulangi menjamurnya anak-anak yang bekerja di jalanan baik dari pemerintah ataupun masyarakat adalah kurang optimal. AKu tidak mengatakan cara yang selama ini salah, hanya saja terlalu banyak yang perlu dibenahi, dan sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk lebih peduli.

aku sedikit ingin menyoroti bagaimana kerja pemerintah dalam menangani permasalahan anak jalanan. Terkadang aku berfikir, apa kerjanya dinas sosial. Liatlah di sekitar alun-alun kota malang contohnya ketika malam hari, pasti akan geleng-geleng kepala... teramat banyak orang-orang yang menggelandang. Hampir di seluruh emperan toko di tiduri oleh orang-orang yang tidak mempunyai rumah dan mengandalkan kehidupan dari belas kasihan orang lain. Aku tidak ingin menyoroti itu,..pernah suatu saat ketika aku bersama anak-anak jalanan, mereka ketakutan akan ditangkap oleh satpol PP karena jika mereka ditanggakap mereka bukannya dibina dan diarahkan akan tetapi akan dipukuli kemudian di lepaskan. Salah satu modeling agresifitas yang kita tau dari mana datangnya pikirku. Aku bahkan melihat ada perbedaan pendapat antara aparatur pemerintah sendiri dalam menyelesaikan masalah anak jalanan. Ada yang menggunakan pendekatan keamanan yaitu anak jalanan adalah sebagai sosok trouble maker yang harus dibasmi sampai tuntas, sehingga tidak heran jika terkadang aparatur main pukul dan tendang. Ada juga yang menggunakan pendekatakan care giver bahwa anak harus dirawat dan dilindungi serta diarahkan ke jalanan yang benar, biasanya pendekatan ini dipakai oleh dinas sosial. Wajarlah, jika ada sikap apatis pada pemerintah dari mereka, karena yang mereka tahu pemerintah adalah yang berseragam coklat muda dan menggunakan lambang di tangannya... Ada kebingunggan pada akhirnya, tiba-tiba dipukul kemudian di elus-elus. Aku disini ingin menuliskan bahwa yang kita hadapi adalah sosok anak-anak yang akan belajar dari apa yang dilihatnya.

Aku pun sedikit ingin menyoroti kultur masyarakat kita yang sekali aku tidak mengatakan itu salah, hanya saja kadang aku menyebutnya terlalu peduli namun pada dasarnya kurang tepat. Rasa kasihan kepada mereka yang meminta di jalanan pada akhirnya membuat kita terus-menerus memberikan uang kepada mereka. Yap, benar... itu adalah solusi jangka pendek untuk membantu mereka namun jangka panjangnya adalah itu membuat anak-anak yang bekerja di jalanan semakin menjamur.

aku pun sebenarnya tidak tahu solusi apa yang tepat untuk mereka, karena kehidupan mereka sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya. Bagaikan suatu komunitas yang sudah turun-menurun berada di jalanan. Pendekatakan secara indvidual dan komunitas pun harus sama-sama dilakukan. pendekatan baik kepada anak baik komunitas jalanan. AKu juga tidak pandai menyakinkan, hanya saja berikan lah sesuatu kepada mereka bukan hanya sekedar uang. Sesuatu yang membawa dampak positif dalam jangka panjang mereka. dan kita harus bersama-sama mencari solusi akan itu.....

bagi ku hidup adalah pilihan, dan pilihan kita lah untuk peduli atau tidak kepada sesama.....

Tidak ada komentar: