Senin, 25 Oktober 2010

Antara Nasionalis dan Nasionalis

Gie dalam buku yang ditulis kembali oleh rekan-rekannya menuliskan bahwa betapa beruntungnya orang yang tidak dilahirkan di dunia ini karena tidak merasakan banyaknya ketidakadilan di bangsa ini, dan menurut Gie, orang beruntung kedua adalah mereka yang dilahirkan tetapi mati muda. Akan tetapi, menurut saya, orang yang beruntung itu adalah orang yang berumur panjang dan dia dapat melakukan sesuatu, tentu saja bukan untuk merubah dunia, tetapi minimal membuatnya sedikit lebih baik. lebih baik dengan sudut pandang masing-masing dan potensi dari pribadi yang dimiliki.

Jika Gie mencoba menjauhi sistem yang ia dikecewakan kemudian dia memilih jalannya sendiri untuk berjuang melalui kritikan dalam tulisan-tulisan atau mengajari anak bangsa sebelum kematiannya, kalau menurut saya, terkadang untuk menjadi lebih baik kita harus masuk kedalam sistem itu… walaupun tentu saja akan sangat diuji ketidakterimaan akan perubahan atau bahkan seorang yang idealis awalnya akan terbawa arus oleh kenyamanan dan kemapanan dari suatu sistem yang awalnya dia nilai salah.
Saya sungguh bersepakat dengan Gie bahwa seseorang itu harus menjadi moralis yang absolute dan humanist yang universal, bahwa moral harus dipertahankan dengan cara apapun dan membantu sesama tentu saja tidak mengenal perbedaan (sungguh kagum saya dengan kata-kata ini). Walaupun menurut saya ada cara yang lebih bijak untuk tetap mempertahankan keduanya, seperti filosofi air yang dimanapun ia berada tetap menjadi air, diletakan digelas ia seperti gelas tetapi isinya adalah air, bahkan saat ia dibekukanpun, ia adalah tetap air…. menurut saya, kemampuan beradaptasi inilah yang juga cukup penting dalam mengkondisikan prinsip yang dimiliki seseorang, beradaptasi bukan berarti berubah secara bunglon menurut saya, tetapi layaknya seperti air…


Jika Gie mengkondisikan dirinya sebagai seorang yang nasionalis dengan membantu menurunkan orde lama menjadi orde baru, kemudian diapun kembali kecewa dengan keserakahan di orde baru dan memilih untuk menyentuh lapisan bawah dan para mahasiswa untuk tetap kirits terhadap pemerintahan yang menyalahi aturan. Menurut saya, sekarang banyak hal yang kita lakukan untuk menjadi nasionalis, merujuk sebuah iklan… tidak membeli produk bajakan, menghargai karya dalam negeri, bahkan cukup hanya membuang sampah di tempatnya adalah salah satu contoh hal yang nasionalis. Menurut saya, nasionalis tidak hanya sekedar mengkiritik jalannya pemerintahan seperti perang mulut yang biasa dilakukan di tv yang bikin gerah itu, tetapi dimulai dari sesuatu yang sederhana dan lingkungan kecilpun kita bisa menjadi nasionalis.

Seperti seorang pecinta lingkungan yang memberdayakan sampah selama 20 tahun yang saya kenal, seperti dosen saya yang selalu datang dan keluar tepat waktu ketika ia mengajar, seperti teman saya yang tidak pernah mengeluh ketika ia membantu umat menjadi lebih baik, seperti seorang ibu yang merelakan anaknya pergi jauh untuk sebuah pendidikan yang berkualitas, seperti banyak orang yang berusaha mencari pekerjaan hahal untuk tidak menambah angka pengganguran di negara Ini, atau mereka yang selalu optimis dalam hidupnya agar tidak menambah kedramatisan dari kepedihan bangsa ini…. Hidup Indonesia!!!

Tidak ada komentar: